2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kultur
Jaringan
- Faktor
Dalam
· Air akuades atau air bebas ion
sebagai pelarut atau solven.
- Garam-garam Anorganik
Setiap
tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya yang normal.
Tiga unsur di antaranya adalah C,H,O yang di ambil dari udara, sedangkan 13
unsur yang lain berupa pupuk yang dapat diberikan melalui akar atau melalui
daun. Pada perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Semua unsur tersebut dibutuhkan
oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Ada unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar yang disebut unsur makro, ada pula yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah sedikit tetapi harus tersedia yang disebut unsur mikro.
- Unsur Sukrosa
Unsur
ini sering ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber energi yang
diperlukan untuk induksi kalus.
- Unsur Glukosa atau Fruktosa
Unsur ini dapat digunakan sebagai unsur pengganti sukrosa karena
dapat merangsang beberapa jaringan.
·
Vitamin
Vitamin-vitamin
yang sering digunakan dalam medium kultur jaringan antara lain adalah Thiamin.
Thiamin adalah vitamin esensial yang digunakan untuk medium kultur
jaringan.
- Asam
amino
Unsur
ini diunakan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan dan diferensiasi sel.
Kebutuhan unsur asam amino oleh tanaman berbeda.
·
Zat-zat anorganik
- Unsur Nitrogen (N)
Kegunaan
unsur Nitrogen bagi tanaman adalah untuk menyuburkan tanaman, sebab unsur N
dapat membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain.
- Unsur Fospor (P)
Dibutuhkan
oleh tanaman untuk membentuk karbohidrat. Maka, unsur P ini dibutuhkan secara
besar-besaran pada waktu pertumbuhan benih.
- Unsur Kalium (K)
Memperkuat
untuk tubuh tanaman, karena unsur ini dapat digunakan untuk memperkuat
serabut-serabut akar, sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
- Unsur Sulfur (S)
Unsur
ini digunakan untuk proses pembentukan anakan sehingga pertumbuhan dan
ketahanan tanaman terjamin.
- Unsur Kalsium (Ca)
Digunakan
untuk merangsang pembentukkan bulu-bulu akar, mengeraskan batang dan merangsang
pembentukkan biji.
- Unsur Magnesium (Mg)
Digunakan
tanaman sebagai bahan mentah untuk ppembentukkan sejumlah protein.
- Unsur Besi (Fe)
Unsur
ini digunakan sebagai penyangga (chelati agint) yang sangat penting untuk
menyagga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan
tanaman.
- Unsur Mio-inositol
Penambahan
unsur ini pada medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan
pertumbuhan sejumlah jaringan.
·
Zat
pengatur tumbuh.
Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada kultur jaringan sangat
menentukan keberhasilan kultur.
Penelitian pada berbagai macam jenis tanaman, baik tanaman sayuran, buah-buahan ataupun tanaman perkebunan menggunakan metode
Mohr untuk pemakaian ZPT, yaitu penggunaan kombinasi ZPT
antara kelompok sitokinin dan kelompok auksin. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi
dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan
adalah golongan Auksin seperti Indole
Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid
(NAA), 2,4-D, CPA dan IBA. Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin
(BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3.
Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
· Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan.
·
Agar-agar atau
gelrite sebagai pemadat media.
·
Bentuk
Regenerasi dalam Kultur In Vitro : pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio
somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll
·
Eksplan
adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan
tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan,
letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon,
hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dan lain-lain.
·
Media
Tumbuh, Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam
kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium
(WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas
adalah MS.
- Faktor
Luar/Lingkungan
- Keasaman (pH)
Keasaman
pH adalah nilai derazat keasaman atau kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman
(pH) suatu larutan menyatakan kadar dari ion H dalam larutan. Nilai di dalam pH
berkisar antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa), sedangkan titk netral
adalah pH pada 7.
Sel-sel
tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan mempunyai toleransi pH
yang relatif sempit dengan titik optimal antara pH 5,0-6,0. Bila eksplan
mulai tumbuh, pH dalam lingkungan kultur jaringan tanaman umumnya akan naik
apabila nutrein habis terpakai.
Pengukuran
pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter, atau bila menginginkan yang
lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH. Bila ternyata pH medium
masih kurang normal, maka dapat ditambah KOH 1-2 tetes. Sedangkan apabila pH
melampaui batas normal dinetralkan dengan penambahan HCL.
- Kelembaban
Kelembaban
relatif dalam botol kultur dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup
tinggi, yaitu berkisar antara 80 - 99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar
maka kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%.
Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika
kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan
media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap dan
kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan cepat kehabisan
media. Namun kelembaban udara dalam botol kultur yang terlalu tinggi
menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman
kecil-kecil namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut
"vitrifikasi" atau "hiperhidrocity". Sub-kultur ke media
lain atau menempatkan planlet kecil ini dalam botol dengan tutup yang agak
longgar, tutup dengan filter, atau menempatkan silica gel dalam botol kultur
dapat membantu mengatasi masalah ini.
Kelembapan
relatif (RH) lingkungan biasanya mendekati 100%. RH sekeliling kultur
mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan RH pada keadaan tertentu
memerlukan suatu bentuk diferensiasi Khusus.
- Cahaya
Seperti
halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi in-vivo, kuantitas dan kualitas
cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya
mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam kultur in-vitro. Pertumbuhan organ atau
jaringan tanaman dalam kultur in-vitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya,
namun pertumbuhan kalus umumnya dihambat oleh cahaya.
Pada
perbanyakan tanaman secara in-vitro, kultur umumnya diinkubasikan pada ruang
penyimpanan dengan penyinaran. Tunas-tunas umumnya dirangsang pertumbuhannya
dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan yang diawali dengan
pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini umumnya adalah lampu
flourescent (TL). Hal ini disebabkan karena lampu TL menghasilkan cahaya warna
putih, selain itu sinar lampu TL tidak meningkatkan suhu ruang kultur secara
drastis (hanya meningkat sedikit). Intensitas cahaya yang digunakan pada ruang
kultur umumnya jauh lebih rendah (1/10) dari intensitas cahaya yang dibutuhkan
tanaman dalam keadaan normal. Intensitas cahaya dalam ruang kultur untuk
pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600 - 1000 lux . Perkecambahan dan
inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.
Selain
intensitas cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi
pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai
dengan kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan
gelap umumnya diatur pada kisaran 8 - 16 jam terang dan 16 - 8 jam gelap
tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam
(terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer yang ditempatkan
pada skaklar lampu pada ruang kultur. Dengan teknik ini penyinaran dapat diatur
konstan sesuai kebutuhan tanaman. Intensitas cahaya yang rendah dapat
mempertinggi embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultra violet
dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari kalus tembakau pada
intesitas yang rendah.
- Temperatur
Tanaman
umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat,
misalnya pada siang dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan
suhu yang cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam kultur in vitro
dengan mengatur suhu siang dan malam di ruang kultur, namun laboratorium kultur
jaringan selama ini mengatur suhu ruang kultur yang konstant baik pada siang
maupun malam hari. Umumnya temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro
lebih tinggi dari kondisi suhu in vivo. Tujuannya adalah untuk mempercepat
pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
Pada
sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25°C
(kisaran suhu 17 - 32°C). Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang
sedikit lebih tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27°C (kisaran suhu 24 -
32°C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka perbedaannya umumnya
adalah 4 - 8°C, variasi yang biasa dilakukan adalah 25°C siang dan 20(C malam,
atau 28(C siang dan 24(C malam. Meskipun hampir semua tanaman dapat tumbuh pada
kisaran suhu tersebut, namun kebutuhan suhu untuk masing-masing jenis tanaman
umumnya berbeda-beda. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimumnya.
Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat, namun
pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat abibat tingginya
laju respirasi eksplan.
Temperatur
yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum umumnya berkisar
di antara 200-300C. Sedangkan temperatur yang optimum
untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitas 250C.
MAkaci banyak informasinya. Cuz sangat membantu sekalai dalam tugas MK> Kultur Jaringan
BalasHapus